Pada tanggal 24 Juli 2024, ID-IGF Indonesia menyelenggarakan seminar tentang etika digital di Bali, sebagai bagian dari APAC DNS Forum 2024. Seminar ini bertujuan untuk mempromosikan etika digital kepada pengguna internet, terutama dalam penggunaan produk digital, baik perangkat keras, perangkat lunak, maupun platform internet. Moderator diskusi adalah Juliana Harsianti dari ID-IGF.
Pembukaan oleh Maryam Barata, sebagai Koordinator ID-IGF, menyampaikan ucapan terima kasih kepada penyelenggara yang telah memberikan kesempatan kepada ID-IGF untuk mengadakan seminar ini. Beliau menekankan bahwa perkembangan teknologi harus diimbangi dengan kebijakan yang etis untuk memastikan bahwa manfaat teknologi dapat dirasakan oleh semua kalangan. Maryam juga menyebutkan tantangan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan etika digital di berbagai negara.
I Gede Putu Krisna Juliharta, seorang dosen di Universitas Primakara selaku Relawan TIK Bali, membahas berbagai inisiatif dari komunitas untuk mempromosikan etika digital. Ia menyoroti pentingnya literasi digital dan keamanan siber, serta manajemen risiko IT. Krisna juga memaparkan berbagai capaian literasi digital di Provinsi Bali dari tahun 2021 hingga 2023, dengan jumlah peserta yang terus meningkat setiap tahunnya.
Boni Pujianto, Direktur Ekonomi Digital, Kominfo RI, menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran etika untuk keamanan dalam penggunaan ICT. Boni mengajak peserta untuk berkolaborasi dalam berbagai isu etika digital yang berdampak pada berbagai sektor kehidupan. Ia berharap seminar ini dapat menginspirasi dan memberdayakan peserta untuk berkontribusi secara bermakna dalam ekosistem digital global.
Helni Mutiarsih Jumhur dari Telkom University membahas pentingnya etika dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). Ia menekankan bahwa AI harus dikembangkan secara etis dan bertanggung jawab, dengan prinsip transparansi dan keadilan. Helni juga mengidentifikasi tantangan etis utama di negara berkembang, seperti kesenjangan digital, ketidaksetaraan akses, dan bias budaya.
Ashwin Sasongko, peneliti senior LIPI, menekankan pentingnya etika digital terkait produk dan layanan ICT. Ia menguraikan perkembangan etika dari konteks agama, budaya, dan kebijakan publik hingga ke etika siber/digital. Ashwin juga membahas transformasi dari ruang fisik ke ruang siber, dan pentingnya kesepakatan etis dalam konten yang dihasilkan pengguna (UGC). Ia menekankan bahwa janji yang diikuti harus ditepati dan dipromosikan secara luas.
Para pemateri dalam seminar ini sepakat bahwa etika digital sangat penting dalam era perkembangan ICT yang cepat. Maryam mengingatkan kembali pentingnya diskusi etika siber sejak awal penggunaannya. Krisna memperkuat hal ini dengan memberikan contoh inisiatif literasi digital di Bali, yang menunjukkan bahwa kesadaran etika harus dimulai dari literasi dasar. Boni kemudian mengajak kolaborasi untuk meningkatkan keamanan melalui kesadaran etika, menggarisbawahi pentingnya peran semua pihak dalam ekosistem digital.
Helni menambahkan dimensi etika dalam AI, menunjukkan bahwa perkembangan teknologi harus selalu diimbangi dengan prinsip etis yang kuat. Ashwin melengkapi diskusi dengan menekankan pentingnya etika dalam ruang siber dan bagaimana regulasi dan kesepakatan etis dapat membantu mencegah tindakan buruk di internet. Seminar ini menjadi platform penting untuk mendiskusikan dan mengembangkan kesadaran tentang etika digital di berbagai sektor, memastikan bahwa perkembangan teknologi tidak hanya bermanfaat tetapi juga bertanggung jawab dan beretika.
Catatan: materi paparan / presentasi para pemateri dapat diunduh di https://s.id/idigf-dns2024
ID-IGF / Donny B.U